Rabu, 29 Desember 2010

Cat Anti Bacteria

Issue tentang bersih dan kesehatan saat ini banyak mendapat perhatian dari bebagai kalangan baik itu dari para praktisi kesehatan maupun para produsen alat-alat kesehatan. Tak ketinggalan para produsen cat-pun mulai ramai-ramai memproduksi cat anti bakteri.

Yang membedakan cat non dengan cat anti bacterial ialah pada cat anti bacterial terdapat penambahan zat additive yang berfungsi menekan & mencegah tumbuh serta berkembang biaknya jamur dan bakteri pada lapisan cat. Sedangkan dari tampilan dan hasil akhir dari aplikasi cat nyaris tidak ada perbedaan.

Bila riset para ilmuwan Inggris ini berhasil, rumah sakit dapat membasmi bakteri dan virus hanya dengan mengecat dinding dan langit-langit menggunakan cat pembunuh yang dapat mematikan mikroba ketika terkena cahaya. Cat pembunuh bakteri ini mengandung titanium dioksida yang dikenal sebagai bahan cat untuk membersihkan polusi udara.

Selama ini, industri cat memang sudah menambahkan butiran titanium dioksida untuk memberikan warna putih pada cat karena sifatnya yang tak tembus cahaya dan amat terang. Tapi, pada 1985, ahli biologi menyadari bahwa titanium dioksida memiliki efek yang mematikan, paling tidak untuk bakteri.

Tadashi Matsunaga, ilmuwan dari Tokyo University of Agriculture and Technology, Jepang, menemukan bukti bahwa di bawah sinar ultraviolet, mikroba akan mati ketika menyentuh senyawa titanium dioksida-platinum.

Sinar ultraviolet akan mengeksitasi elektron di permukaan partikel titanium dioksida dan memicu reaksi dengan molekul air di permukaan partikel. Hasilnya adalah campuran radikal hydroxyl dan ion superoksida potensial, produk reaktif yang membunuh sel dengan merusak membran sehingga semua isinya mengalir keluar.

Kini Lucia Caballero dan timnya di Manchester Metropolitan University, Inggris, tengah mempelajari kemungkinan memodifikasi cat putih menjadi senjata baru untuk membasmi bakteri berbahaya di rumah sakit. Cat putih umumnya mengandung titanium dioksida sekitar 20-30 persen yang dikombinasikan dengan aditif lain semisal kalsium karbonat.

Dalam eksperimennya, tim Caballero menaruh sampel bakteri Escherichia coli pada cat dengan kadar titanium dioksida 80 persen tanpa aditif. Mereka juga mencoba cat dengan kadar titanium dioksida rendah, tapi diberi kalsium karbonat.

Zat aditif pada cat terbukti menghalangi kemampuan titanium dioksida untuk membunuh kuman. “Jika ada kalsium karbonat, kemampuan membunuh kuman anjlok sampai 80 persen,” kata Caballero ketika mempresentasikan penelitiannya dalam Society for General Microbiology di Trinity College Dublin, Irlandia, kemarin. Dia memperkirakan aditif menghalangi sinar ultraviolet mengeksitasi partikel titanium dioksida.

Nah, sebagai panduan jika anda ingin mencoba menggunakan cat yang Anti Bacteria beberapa Industri cat sudah memproduksinya. Di Indonesia sudah beredar dipasaran beberapa Brand Cat yang anti bacteri seperti Vinilex Fresh, Odourless, No Odour, dan Properti. Nah supaya yakin dan betul - betul cat tersebut memang anti bacteria tayakanlah sertifikat uji laboratoriumnya. Karena untuk menentukan anti bacteri atau tidak harus melalui riset dan uju lab, Dan seharusnya ada sertifikatnya.


-Dari berbagai sumber-

0 komentar:

Posting Komentar